Buntok, www.tabloidmilitan.com
Ormas yang lahir dari keperdulian dan keprihatinan warga masyarakat yang sering di sebut Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dari akar rumput bagai krakap tumbuh di batu di matikan sebelum mati di biarkan lapar sepanjang hidupnya, di biarkan lelah berjuang untuk NKRI namun tidak pernah di perhatikan bahkan di matikan sebelum mati dengan berbagai kewajiban demi kewajiban yang bertumpuk tumpuk di atas logika sehat di buang tidak boleh berkembang sebagai mana materi yang di paparkan oleh narasumber dari Bakesbangpol Provinsi Kalimantan Tengah di acara Pendidikan Politik Kebangsaan Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pemilu dan Pilkada Serentak Tahun 2024, yang dilaksanakan di aula (03/03/2022) kantor Bappeda Kabupaten Barito Selatan.
Bahkan terkesan hanya pandai menyusun materi demi materi yang terdiri dari kewajiban, kewajiban dan kewajiban ormas dan akan menambah hak-hak milik partai secara kontinuitas yaitu Rp.25.000,- persatu suara masyarakat pemilih yang dikantonginya (perolehan suara) yang memilihnya namun tak bisa memberikan mana hak-hak ormas akar rumput, sebab sapi juga perlu makan perlu istrahat dan perlu makan hasil keringatnya tutur seorang aktivistas akar rumput yang saat itu hadir jauh-jauh datang dari kampungnya nan jauh di ujung pelosok.
Namun yang di perolehnya hanya snack ringan yang tak bisa mengganjal perutnya dari kelelahan, kejenuhan dan susahnya dalam perjalanan panjangnya hanya untuk mendengarkan kewajiban demi kewajiban tapi tanpa hak, mustahil ujar seorang aktivis cukup memelas dan sangat memprihatinkan.
Menurut salah satu aktivistas akar rumput yang hadir saat itu, dirinya sudah berpuluh-puluh tahun menjalani Lembaga Swadaya Masyarakat, independen dari akar rumput namun tidak pernah dapat kucuran APBD, nol rupiah dan di panggil untuk pembinaan pun cuma lima (5) tahun sekali dengan modus pembinaan dengan kerja, kerja dan kerja nol rupiah baik dari Bakesbangpol kabupaten maupun dari provinsi apalagi pemerintah pusat seolah mereka tidak punya mata dan mati rasa terutama ormas akar rumput duganya.
Lsm atau ormas akar rumput bagaikan anak haram yang tidak perlu makan minum dan pembinaan yang kehadirannya bagai tidak di harapkan kecuali aturan demi aturan yang sangat menyengsarakan, menyesak dadanya dengan berbagai kewajiban, kewajiban dan tambahan kewajiban saja, bahkan tidak cukup sampai disitu saja, sehingga hak-hak masyarakat dari ormas akar rumput hilang jadi antah berantah.
Jangan-jangan (duganya lagi) acara silahturahim bupati dan wakil bupati dengan ormas konon se-Barito Selatan (05/03/2022) itu cuma klinis mengatas-namakan silahturahim ormas tapi justru ormas akar rumput yang gigit jari mati terlantar dan malah minus kehadirannya, laksana si anak haram saja.
Itu dapat terlihat, lantaran saat acara puncak silahturahim dengan mengundang band papan atas “Repvblik” dari Jakarta di gedung pertemuan umum Jaro Pirarahan Buntok, ada para undangan resmi ormas akar rumput, Kades dan masyarakat yang tidak di perbolehkan masuk dan menonton oleh panitia padahal mereka dari akar rumput yang di undang dengan tandatangan dan stempel Bupati Barito Selatan.
“Misalnya seperti yang terjadi di pintu masuk saat acara mulai akan dipersembahkan, artinya ada tangis ormas akar rumput di tengah tawa para pengambil kebijakan, ada bangkai yang di biarkan busuk kelaparan di tengah irama dentuman musik band Repvblik,” tambah seorang aktivis akar rumput Senator2000 cukup kritisi.
Kenapa hal itu bisa indah terjadi diantara pecinta NKRI sebagai harga mati dan mungkin pula terselenggaranya acara hiruk pikuk yang di saksikan pula oleh wali kota Lubuk Linggau Drs. H. SN PRANA PUTRA SONE, MM dan rombongan dari pulau Sumatera dengan sebutan donatur utama acara yang dalam sambutannya menyebutkan bahwa dirinya salut atas kinerja kawannya Bupati Barito Selatan.
Jangan-jangan lagi sesungguhnya penyelenggaraan ini cuma dari duit keringat rakyat juga tambah yang lain lebih seru lagi. Sayangnya para panitia & pelaksana tidak bisa di mintai pendapatnya dengan alasan sibuk. (Tim TM/Senator2000)